Thursday, August 9, 2018

Makalah Lengkap SWOT Kalbe Farma


Latar Belakang
PT. Kalbe didirikan pada pertengahan tahun 1960 oleh Dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D dan Franciscus Bing Aryanto yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kemudian mereka memutuskan untuk mendirikan Kalbe yang berfokus pada bisnis farmasi. Dr. Boen adalah seorang dokter dan ahli farmakologi yang sangat paham tentang dunia farmasi, sedangkan Bing yang merupakan saudara Dr. Boen sangat jeli dalam melihat kesempatan mengembangkan bisnis Kalbe. Bing juga memiliki jaringan bisnis dan relasi yang luas. Kalbe berawal dari garasi kecil di Tanjung Priok di Jakarta utara. Sekarang ini, Kalbe dikenal sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar, yang menduduki peringkat ketiga dari 20 perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara.
Profil Perusahaan
PT Kalbe Farma Tbk adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1966. Visi Kalbe adalah menjadi dominan dalam bisnis kesehatan di Indonesia dan menjadi pemain dalam pasar global dengan brand yang kuat, peningkatan melalui manajemen yang bagus dan teknologi canggih. Misi Kalbe adalah meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Nilai utama dari Kalbe adalah integritas, kerjasama yang kuat, inovasi, agility dan memberikan yang terbaik untuk konsumen.


Ada banyak faktor yang mendukung, menstimulasi dan mempercepat kemajuan Kalbe. Pada dasarnya ada 4 kunci sukses yang membuat Kalbe mampu berprestasi, yaitu:

1.     produk inovator yang bervariasi,
2.     strategi marketing yang solid,
3.     komitmen yang tinggi pada Research and Development
4.     sumber daya manusia yang reliabel.




KEKUATAN
Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor
Keterangan
1.      Produk - produknya merupakan Market Leader

0.18

4

0.72
Berbagai produk Kalbe Farma merupakan Market Leader di Indonesia. Produk obat – obatan menguasai 14 persen pangsa pasar di Indonesia. Extra Joss merupakan market leader untuk produk minuman berenergi di Indonesia 38% dan filipina 50%
2.      Produknya merupakan Motivator

0.10

3

0.30
Dengan mengembangkan obat – obatan serta rumusan kimia baru baiki dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk – produk baru yang berbasis teknologi tinggi.
3.      Pada tanggal 16 Desember 2005 berhasil bergabung dengan Dankos dan PT. Enseval

0.13

3

0.39
Secara Horisontal Kalbe baru menawarkan rentang produk yang lebih luas, mulai dari berbagai bentuk obat dan makanan kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara vertikal mereka melakukan kegiatan dari pengadaan bahan baku, manufacturing, produk jadi, pemasaran, sampai penjualan dan distribusi.
4.      Pendapatan meningkat 18% Per tahun

0.09

3

0.27
Kalbe memiliki pengalaman yang cukup panjang dan dari segi finansial, pendapatan kalbe meningkat sekitar 18% per tahun.

5.      Memiliki manajemen senior  yang berpengalaman

0.08

2

0. 16
Didalam Kalbe Farma terdapat mantan Dirjen BPOM dalam mengembangkan, memproduksi, pemasaran dan menjual produk – produk kesehatan dan farmasi. Dilengkapi tim yang solid dan kerjasama yang baik antar departemen internal dan hubungan yang erat mitra.
6.      Memiliki 7GMP (Good Manufacturing Practice) berstandar internasional

0. 11

3

0.33
Semua fasilitas produksi di dalam Kalbe Farma dan anak perusahaan kalbe farma telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001.


KELEMAHAN

Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor
Keterangan
1.      Ekspansi ke Noncore Business

0.14

3

0.42
Ekspansi ini dapat mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam pengembangan bisnis didunia farmasi.
2.      Penggunaan bahan baku impor

0.17

4

0.68
Komponen impor dari obat masih sangat tinggi, yaitu sebesar 90% dari bahan baku yang digunakan (bahan aktif dan bahan pembantu) serta sekitar 50% dari bahan pengemas yang digunakan. 
TOTAL
1

3.27




KEKUATAN
Kalbe merupakan market leader untuk produk kesehatan masyarakat dan market leader untuk produk ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai segmentasi pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator, dengan mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi.
swot kalbe 3
Pada tanggal 16 Desember 2005, Manajemen Kalbe telah berhasil melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan PT Enseval (”Enseval”) menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan satu perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Penggabungan usaha ini akan memberikan peluang bagi masa depan Kalbe dalam meningkatkan efisiensi serta efektivitas.
Merger yang melibatkan PT Enseval sebagai superholding dan tiga anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut — Kalbe Farma, Dankos Laboratories (DNKS), Enseval Putera Megatrading (EPMS) — sekaligus membentuk perusahaan yang betul-betul terintegrasi. Secara horisontal, Kalbe “baru” menawarkan rentang produk yang jauh lebih luas, mulai dari berbagai bentuk obat dan makanan kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara vertikal, mereka melakukan kegiatan dari pengadaan bahan baku, manufacturing produk jadi, pemasaran, sampai penjualan dan distribusi.
Kalbe memiliki pengalaman yang cukup panjang dan dari segi finansial, pendapatan kalbe meningkat sekitar 18% per tahun.
swot kalbe 4
Manajemen Kalbe memiliki personel yang berpengalaman, termasuk di dalamnya mantan dirjen BPOM dalam mengembangkan, memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehataan dan farmasi. Dilengkapi dengan tim yang solid dan kerja sama yang baik antardepartemen internal dan hubungan yang erat dengan mitra , PT Kalbe Farma Tbk semakin mengukuhkan diri dalam jajaran perusahaan besar di Indonesia.
Pada bagian produksi, Kalbe memiliki 7 GMP (Good Manufacturing Practice) yang telah berstandar international dengan 2 GMP tambahan yang masih dibangun. Komitmen Kalbe dalam hal ini telah diakui melalui serangkaian hasil pengujian badan sertifikasi.
Semua fasilitas produksi milik Kalbe dan Anak perusahaan telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001, sementara Kalbe, PT Dankos Laboratories Tbk. (”Dankos”) dan PT Bintang Toedjoe juga telah meraih sertifikasi ISO14001 serta OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kalbe dan Dankos secara konsisten berhasil mempertahankan pencapaian yang amat memuaskan dalam penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik, yaitu nomor lima dan nomor dua diantara semua perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005.
swot kalbe 5

Pada bagian distribusi, Kalbe memiliki tenaga pemasaran sebanyak 6000 personil dengan 1 juta outlet di seluruh Indonesia. Ditopang struktur bisnis yang cukup lengkap, yakni memiliki perusahaan distribusi dan jaringan rumah sakit yang mengusung merek Mitra Keluarga dan Mitra International, termasuk sekolah perawat.




KELEMAHAN
Ekspansinya ke non core-business, seperti ke bisnis property (PT Kalbe Land) dan pendidikan (STIE Kalbe). Ekspansi ini dapat mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam pengembangan bisnis farmasi.
Penjualan ekspor sampai dengan September 2005 bertumbuh sebesar 127,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan penjualan lokal bertumbuh dengan 28,6 persen. Meskipun ekspor tumbuh sangat besar, namun melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat membawa keuntungan yang besar juga. Pasalnya, sekitar 90 persen bahan baku masih impor sehingga harganya juga melonjak. Akibatnya, persentase laba kotor (gross margin) hanya mencapai 54,3 persen. Hal ini disebabkan karena Komponen impor dari obat masih sangat tinggi, yaitu sebesar 90% dari bahan baku yang digunakan (bahan aktif dan bahan pembantu) serta sekitar 50% dari bahan pengemas yang digunakan.
Bahan aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya tidak berarti dan belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing dibandingkan dengan sumber dari luar negeri. Upaya-upaya untuk meningkatkan self sufficiency di bidang pengadaan bahan baku sering terbentur pada permasalahan :
  • Banyaknya jenis bahan baku yang digunakan oleh industri farmasi (hingga 6.000 items) sehingga banyak pemakaian per item yang tidak memenuhi skala produksi ekonomis.
  • Masalah utama adalah pengadaan bahan baku untuk bahan dasar produksi lokal bahan baku yang terkait dengan :

A. Kurang berkembangnya industri kimia hulu yang bisa menopang pengadaan intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat. Ketergantungan pada intermediates dari luar negeri hingga tingkat tertentu bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari sintesis lokal.
B. Kurang adanya koordinasi antara industri terkait misalnya industri petrokimia dan industri farmasi. Sering terjadi industri farmasi mengalami kesulitan karena intermediate-nya tidak bisa dibuat lokal.
Kelemahan pada dasarnya industri farmasi memang merupakan industri yang knowledge intensive dan highly regulated tetapi aspek regulasi industri farmasi di Indonesia dirasa cukup berat yang bersumber dari :
  • Policy yang ada dibuat dengan semangat pengawasan dan bukan pengembangan;
  • Pelaksanaan yang terasa lamban karena ketidakseimbangan antara jumlah pengawas dari pemerintah dengan pihak swasta yang harus dilayani.
Mata rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan distribusi hasil produksi industri farmasi masih belum seimbang baik secara kualitatif dan kuantitatif:
  • Misalnya ratio dokter perpopulasi di Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1 juta penduduk.
  • Jumlah apotik (drug store) saat ini berjumlah sekitar 6.000 buah yang terkonstrasi di kota-kota untuk melayani rakyat Indonesia yang lebih dari 200 juta penduduk. Program pharmaceutical care juga belum berjalan dengan baik sehingga mengurangan pemanfaatan obat secara optimal di masyarakat.
  • Distributor yang jumlahnya cukup banyak tetapi tidak mempunyai jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga biaya distribusi relatif mahal.
Pengembangan industri farmasi di Indonesia masih terkendala oleh pasokan bahan baku. Sebanyak 90% bahan baku farmasi berasal dari impor, terutama dari India dan Tiongkok. Direktur Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Togi Junice Hutadjulu mengatakan, minimnya pasokan bahan baku dalam negeri karena Indonesia belum memiliki industri kimia dasar yang berfokus membuat molekul obat. Saat ini, industri kimia dasar di Tanah Air memprioritaskan hasil produksinya untuk produk hilir lain semisal cat dan kosmetik. Untuk menghindari ketergantungan impor bahan baku tersebut, Togi menilai diperlukan adanya pengembangan bioteknologi untuk obat biologi di Indonesia. Sebab, bioteknologi dianggap dapat menjadi alternatif bahan baku obat yang lebih murah.
Direktur Corporate Business Development PT Kalbe Farma Tbk Sie Djohan mengatakan penggunaan bioteknologi dalam industri farmasi sebenarnya mudah dilakukan. Ini karena di Indonesia bahan baku untuk pengembangan bioteknologi lebih mudah didapatkan ketimbang bahan baku obat kimia. Selain itu, pendirian pabrik bahan baku bioteknologi juga dianggap dapat menghasilkan devisa negara karena olahannya dapat diekspor. Menurut Djohan, Indonesia dapat melakukan penghematan hingga 90% dari total devisa yang dikeluarkan untuk impor bahan baku obat. Hanya saja, Djohan menilai ada berbagai kendala dalam pengembangan bioteknologi di Indonesia. Menurut Djohan, salah satu kendala itu adalah kurangnya tenaga kerja yang berkompetensi dalam pengembangan bioteknologi.
Kendala lainnya adalah ketika melakukan impor bahan baku untuk pengembangan bioteknologi. Menurut Djohan, impor bahan baku tersebut lama dan harganya meningkat tiga kali lipat dibandingkan membeli di luar negeri, seperti Tiongkok dan Singapura. Selain itu, Djohan menilai belum adanya insentif untuk riset bioteknologi di Indonesia. Padahal, Singapura saja sudah memberikan insentif pengurangan pajak yang dilipatgandakan (double tax deduction) kepada perusahaan yang melakukan penelitian. Bahkan, belakangan Singapura mengembalikan biaya (reimburse) riset yang dilakukan oleh suatu perusahaan. "Itu sangat menarik buat orang melakukan aktivitas riset di Singapura. Mungkin kalau kita menginginkan industri farmasi di Indonesia berbasis riset, itu perlu dipikirkan. Karenanya, Djohan meminta agar pemerintah mampu mendorong perkembangan teknologi dengan kemudahan melalui regulasi yang diterbitkan. Dia menyebut, pemerintah harus mencontoh beberapa negara maju lain yang mendukung pengembangan bioteknologi melalui berbagai regulasinya.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maria Linda Sitanggang mengaku akan mendorong kemudahan bioteknologi sebagai bagian dari pengembangan industri farmasi nasional. Langkah ini diberikan melalui fasilitasi, regulasi yang mendukung, serta melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan. Selain itu pemerintah juga berencana memberi insentif untuk investasi pada pembangunan bahan baku lokal farmasi, termasuk keringanan pajak penghasilan, pengembalian pajak dan insentif lainnya.



PELUANG
Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor
Keterangan
1.      Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat dapat menjadi pasar potensial

0.22

3

0.66
Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8% dari populasi dunia.
2.      Saluran distribusi yang tersebar luas di Indonesia

0.23

3

0.69
Divisi Distribusi dan Logistik Kalbe mengoperasikan jaringan distribusi produk farmasi dengan jangkauan terluas di Indonesia. Jaringannya yang luas mencakup seluruh 33 provinsi di Indonesia, yang mendukung Kalbe dalam memberikan layanan ke seluruh negeri, suatu keunggulan kompetitif yang signifikan bagi Perseroan

ANCAMAN
Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor
Keterangan
1.      Adanya kompetisi internal yang cukup keras
0.18
2
0.36
Di dalam produk obat flu misalnya kalbe memiliki procold sementara dankos laboratories juga mempunyai produk yang serupa yaitu mixagrip
2.      Peredaran obat palsu
0.25
4
1
Legal system belum dapat menanggulangi peredaran obat palsu secara efektif sehingga harga obat lebih sulit di kontrol.
3.      Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai

0.21

3

0.63
Dengan menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing – pesaing bisnis farmasi. Kalbe mengakui jika produknya masih belum mampu bersaing dengan produk yang berasal dari eropa.
TOTAL
1

3.34



Faktor – Faktor Strategi Eksternal Perusahaan
PELUANG
Pertama, besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8% dari populasi dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada GDP dan kemungkinan akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun ke depan. Konsumsi produk farmasi termasuk resep dan OTC diperkirakan 7 milyar dan berkembang menjadi 13% dari 2005 sampai 2010. Serta terbukanya peluang ekspor sebagai akibat dari penurunan nilai rupiah dan pelaksanaan Good Manufacturing Practice yang baik di Indonesia.
Tahun 2000, Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar pada pasar internasional. Awalnya, perusahaan melempar produk ke pasar ASEAN, seperti Malaysia dan Singapura. Kemudian, sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal ini dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi pertama, trading based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor lokal di negara-negara tujuan ekspor. Kerja sama ini sangat simpel karena sebatas aktivitas jual-beli saja. Namun, lewat jaringan para trader ini produk-produk Kalbe ada di banyak negara, seperti Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi di negara-negara tersebut. Strategi kedua, marketing based. Kalbe membangun kantor perwakilan di setiap negara tujuan yang dari hasil survei internal berpotensi bagi pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor perwakilan Kalbe di beberapa negara, seperti Malaysia (untuk pasar Singapura dan Malaysia), Myanmar, Kamboja, Vietnam, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas melakukan aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT Kalbe Farma berencana membangun pabrik Orange Kalbe Limited di Nigeria. Pembangunan pabrik ini untuk memperkuat pangsa pasar di Afrika Barat. “Nigeria akan dijadikan sebagai basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma,” kata Dirut PT Kalbe Farma Johannes Setijono. Rencananya pabrik itu akan digunakan untuk memproduksi obat-obat OTC (obat tanpa resep) dan minuman energi.
Kedua, kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.
Saat ini angka belanja kesehatan masyarakat Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) tergolong sangat rendah, apalagi bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Pada 2010,  persentase belanja kesehatan Indonesia hanya 2,6 persen PDB,  sedangkan belanja kesehatan Singapura mencapai 4,1 persen PDB, Filipina (3,6 persen), Thailand (3 persen) dan Malaysia (4,4 persen).

Potensi peningkatan belanja kesehatan juga akan didorong oleh jumlah penduduk Indonesia. Survei Badan Pusat Statistik 2000-2010 mengindikasikan pertambahan penduduk rata-rata 1,49 persen per tahun, dengan pertumbuhan paling cepat pertumbuhan pada usia produktif. Populasi Indonesia pada 2020 diperkirakan akan mencapai 275 juta dan 319 juta pada 2030. Proyeksi ini menjadikan pangsa pasar obat di Indonesia sangat potensial dan termasuk salah satu yang terbesar di dunia.

Menurut Data Kementerian Kesehatan 2012, jumlah perusahaan farmasi di Indonesia mencapai 206 perusahaan, sebanyak 39 di antaranya perusahaan multinasional. Rata-rata penjualan obat di tingkat nasional selalu tumbuh 12-13 persen setiap tahun dan lebih dari 70 persen total pasar obat di Indonesia dikuasai oleh perusahaan nasional. Namun, angka ketergantungan impor bahan baku obat masih sangat tinggi, bahkan 95-96 persen diimpor dari China, India, dan Eropa.

Pertumbuhan positif industri farmasi juga terekam dari performa perusahaan farmasi di bursa efek Indonesia. Pada 2012, sejumlah emiten menunjukkan kinerja cemerlang, seperti Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk yang mencatat margin usaha 44 persen, Kalbe Farma Tbk 16 persen dan Merck Tbk sebesar 15 persen.

Dari sisi kapitalisasi pasar, saham Kalbe Farma merupakan saham yang sangat likuid dengan kapitalisasi terbesar di industri farmasi sebesar Rp 72 triliun dan memiliki bobot indeks 1,4 persen. Tahun lalu laba bersih konsolidasi indikatif tercatat sebesar Rp 1,7 triliun meningkat 17 persen dibanding periode yang sama sebesar Rp 1,5 triliun. Nilai penjualan perusahaan mencapai Rp 13,6 triliun. Tahun ini perseroan menarget pertumbuhan laba bersih 15-16 persen.
Divisi Distribusi dan Logistik Kalbe mengoperasikan jaringan distribusi produk farmasi dengan jangkauan terluas di Indonesia. Jaringannya yang luas mencakup seluruh 33 provinsi di Indonesia, yang mendukung Kalbe dalam memberikan layanan ke seluruh negeri, suatu keunggulan kompetitif yang signifikan bagi Perseroan. Untuk distribusi produk farmasi, jaringan tersebut menjangkau hampir seluruh rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat, farmasi dan toko obat di Indonesia. Untuk produk-produk kesehatan dan nutrisi, divisi ini mampu menjangkau secara tidak langsung hampir sebanyak satu juta outlet di seluruh Indonesia.
Selain mendistribusikan produk-produk internal Kalbe, divisi ini mengalokasikan sekitar sepertiga kapasitasnya untuk melayani kebutuhan distribusi prinsipal pihak ketiga. Divisi Distribusi dan Logistik juga mengelola usaha perdagangan alat kesehatan dan bahan baku.

ANCAMAN
Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkannya “perang saudara” terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama. Di obat flu, misalnya, Kalbe memiliki Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan yang cukup ampuh, Mixagrip. Lantaran Kalbe dan Dankos bisa saling melihat data masing-masing, mereka bisa saling menjatuhkan.
IPMG memproyeksikan peredaran obat palsu di Indonesia mencapai 15%-20% dari total pasar farmasi nasional. Lutfi Mardiansyah, Ketua IPMG menyatakan pada 2011 peredaran obat palsu di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 5,7 triliun - Rp 7,6 triliun, meningkat 11% dibanding 2010.
Tingginya peredaran obat palsu di Indonesia saat ini karena harganya lebih murah dibandingkan obat yang memiliki hak paten. Obat palsu yang beredar di Indonesia ada yang diracik di dalam negeri namun ada pula yang diimpor dari beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia. Hal itu karena obat-obat tersebut diimpor secara ilegal. Penggunaan obat palsu merugikan masyarakat dan produsen farmasi di Indonesia.
Peredaran obat palsu merugikan produsen farmasi di Indonesia, baik perusahaan lokal seperti PT Kalbe Farma Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Pyridam Farma Tbk, maupun perusahaan farmasi asing seperti PT Merck Tbk, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, dan PT Schering-Plough Indonesia Tbk.
Ketua Umum Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP), Widyaretna Buenastuti, memperkirakan kerugian ekonomi akibat peredaran obat palsu di Indonesia tahun ini diperkirakan 3,5% dari total pasar farmasi nasional. "Perbedaan angka baik dari BPOM maupun asosiasi kemungkinan besar karena perbedaan metodologi perhitungan.
Menurut dia, peredaran obat palsu cenderung meningkat karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap aksi pemalsuan serta makin bertambahnya permintaan obat di Indonesia. Pemalsuan obat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya membuat kemasan palsu atau impor ilegal. Produk obat palsu umumnya dikemas dengan kemasan yang menyerupai kemasan asli. Selain itu, peredaran obat palsu sering menggunakan kemasan obat luar negeri, namun produknya palsu.
Sementara obat palsu melalui impor ilegal dilakukan dengan cara impor pararel, yaitu impor yang dilakukan dengan menjual kembali produk ke suatu negara tanpa izin atau persetujuan dari pemegang hak paten atau lisensi.
Data Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia menyebutkan pasar farmasi di Indonesia pada 2012 diperkirakan mencapai Rp 43,3 triliun - Rp 43,7 triliun, tumbuh 13%-15% dibanding 2011. Pasar farmasi nasional tumbuh di atas 10% dalam tiga tahun terakhir. Di 2011, pasar farmasi nasional mencapai Rp 38 triliun, naik 11,7% dibanding 2010 sebesar Rp 34 triliun.

TABEL MATRIK
IFAS
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)


EFAS
1.      Produk produknya merupakan market leader
2.      Saluran distribusi yang tersebar luas di seluruh Indonesia
1.      Ekspansi ke Noncore business
2.      Penggunaan bahan baku impor
Peluang (o)
1.      Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan.
2.      Kecenderungan berkembangnya system penenganan kesehatan yang wajar dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.
Strategi SO
1.      Pemanfaatan secara penuh jaringan distribusi yang ada diseluruh indonesia
Strategi WO
1.      Memanfaatkan bioteknologi secara optimal untuk mengurangi penggunaan bahan baku
Ancaman (T)
1.      Obat palsu
2.      Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai
Strategi ST
1.      Peningkatan pengawasan pada tingkat distributor
2.      Pembentukan perusahaan riset produk bioteknologi di luar negri
Strategi WT
1.      Meningkatkan pengawasan terhadap beredarnya obat palsu

ANALISIS STRATEGI
Setelah melalui periode penuh tantangan tahun 2015, bahwa Kalbe mampu menunjukkan pemulihan kinerja usaha di tahun 2016. Laba bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp2.299 miliar, meningkat 14,8% dari pencapaian 2015 sebesar Rp2.004 miliar, sehingga laba bersih per saham mencapai sebesar Rp49, lebih baik dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp43. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 31 Mei 2016, pemegang saham menyetujui rasio pembayaran dividen sebesar 44%. Dividen final untuk tahun keuangan yang berakhir di 2015 sebesar Rp891 miliar, atau Rp19 per saham, telah sepenuhnya dibayarkan pada tanggal 30 Juni 2016.
Dividen untuk tahun 2016 akan diusulkan pada rapat umum pemegang saham tahunan yang akan diselenggarakan bulan Juni 2017. Sepanjang tahun 2016, Kalbe terus melakukan investasi dan berupaya memperkuat kapabilitas yang ada, serta membangun landasan yang dibutuhkan agar Perseroan dapat merespon perubahan transformatif yang terjadi di industri kesehatan. Antara lain, kemajuan positif telah dicapai dalam persiapan kami memasuki pasar biofarmasi. Kami telah menyelesaikan pembangunan pabrik obat biologi, yang saat ini tengah menjalani proses sertifikasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) selaku regulator. Setelah beroperasi nanti, fasilitas baru tersebut akan menjadi salah satu fasilitas produksi pertama di Indonesia untuk obat-obatan biosimilar, sehingga menciptakan keunggulan bagi Kalbe. Selain memperluas jaringan distribusi fisik, kami terus berupaya memperkuat kehadiran perdagangan elektronik Kalbe, seiring dengan makin populernya teknologi digital di Indonesia. Dengan gembira saya laporkan bahwa bidang usaha digital kami telah meraih perkembangan yang positif dalam beberapa tahun terakhir, serta terus meraih pertumbuhan jumlah pengguna setia.
Dapat diambil kesimpulan Strategi yang cocok untuk perusahaan Kalbe Farma adalah Growth Strategy karena perusahaan ini sedang melakukan pengembahan teknologi agar perusahaan dapat tumbuh lebih besar dan berkembang.

No comments:

Post a Comment