Thursday, August 9, 2018

Analisis Rasio


Analisis Rasio

1.      Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan peruasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Jenis-jenis rasio likuiditas:
a.      Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

Current Ratio =  Current Assets
                            Current Liabilities

Tahun 2013 = 283,93%
CR = 2,8:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 2,8 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 2,8 aset lancar.

Tahun 2014 = 340,36%
CR = 3,4:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.

Current ratio PT KALBE FARMA Tbk. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 56,43%.  Kenaikan 2014 dipengaruhi oleh kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82%, penurunan hutang bank sebesar 56,85% dan terlihat penurunan pada total liabilitas jangka pendek sebesar 9,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

b.      Quick Acid Ratio
Quick acid ratio adalah sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk ke dalam rasio lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas, termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga, piutang dagang, beban dibayar di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima.
Persediaan barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk dalam aktiva lancar, karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit diubah menjadi kas.

Quick acid ratio dapat dihitung dengan formula:

Quick Acid Ratio = Current Assets-Inventory
                                      Current Liabilities






Tahun 2013 = 168,29%
QR = 1,7:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan adalah 1,7 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 1,7 Quick Assets.

Tahun 2014 = 210,83%
QR = 2,1:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan adalah 2,1 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan Rp 2,1 Quick Assets.

Quick acid ratio PT KALBE FARMA Tbk  pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 42,54%. Kenaikan di tahun 2014 dipengaruhi oleh sedikitnya kenaikan persediaan sebesar 1,21% dan besarnya kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

2.      Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.



Jenis-jenis rasio solvabilitas:

a.       Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Debt Ratio  =  Total Liabilities
                           Total Assets

Tahun 2013 = 24,88%
DR = 0,25 berarti bahwa jumlah hutang 0,25 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 24,88% dari modal kreditur.

Tahun 2014 = 20,99%
DR = 0,21 berarti bahwa jumlah hutang 0,21 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 20,99% dari modal kreditur.

Debt ratio PT KALBE FARMA Tbk pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 3,89%. Penurunan di tahun 2014 dipengaruhi oleh penurunan total hutang sebesar 7,37% terlihat pada penurunan hutang bank yang signifikan sebesar 56,85% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.


b.      Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi  dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

Debt to Equity Ratio  = Total Liabilities
                                         Total Equity



Tahun 2013 = 33,12%                                       
DER = 0,33 berarti bahwa jumlah hutang 0,33 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 33,12% dari modal sendiri.

Tahun 2014 = 26,56%
DER = 0,27 berarti bahwa jumlah hutang 0,27 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan  bersumber 26,56% dari modal sendiri.

Debt to Equity Ratio PT KALBE FARMA Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 6,56%. Penurunan dipengaruhi oleh penurunan total liabilitas sebesar 7,37% yang dikarenakan penurunan terbesar bersumber dari hutang pihak ketiga yaitu turun 2,04% dan dari hutang bank turun 56,85% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal  maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.

3.      Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.

Jenis-jenis rasio aktivitas:

a.      Inventory Turn Over
Perputaran persediaan adalah cara untuk mengetahui berapa kali dalam suatu periode tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya. Perusahaan-perusahaan menggunakan perputaran persediaan untuk menilai kemampuan mereka dalam menghadapi persaingan, merencanakan laba usaha, dan secara umum mengetahui seberapa baiknya mereka menjalankan kegiatan perusahaan mereka.

Perputaran persediaan dapat diukur dengan rumus :

            Inventory Turn Over  = Cost of Goods Sold
                                                  Average Inventory

Tahun 2013 = 3,02 kali
Jadi perputaran persediaan dalam tahun 2013 yaitu 3,02 kali atau 3 kali.

Tahun 2014 = 3,23 kali
Jadi perputaran persediaan dalam tahun 2014 yaitu 3,23 kali atau 3 kali.

Inventory turn over PT KALBE FARMA Tbk. pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 0,21 kali. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

b.      Average days inventory
Average days inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan.


Rumusnya sebagai berikut :

Average days inventory  =  Average Inventory x 360
                                               Cost of Goods Sold

Tahun 2013 = 119 hari
Jadi rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 119 hari.

Tahun 2014 = 111 hari
Jadi rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan 111 hari.

Average day inventory PT KALBE FARMA Tbk. pada tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar 8 hari.  Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

4.      Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).



Jenis-jenis rasio profitabilitas:

a.       Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

Gross profit margin dihitung dengan formula:

Gross Profit Margin =  Net Sales - Cost of Goods Sold
                                                            Sales

Tahun 2013 = 47,99%
Artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4799.

Tahun 2014 = 48,80%
Artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4880.

Gross profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 0,81%.  Kenaikan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan laba bruto juga sebesar 10,37% dan penjualan yang tidak terpaut jauh kenaikannya yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.


b.      Operating Profit Margin 
Operating profit margin ialah perbandingan antara laba usaha dan juga penjualan. Operating profit margin adalah rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut dengan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Syamsuddin, 2009.

Operating Profit Margin dihitung dengan formula:

Operating Profit Margin  = Operating Profit
                                                              Sales

Tahun 2013 = 16,08%
Artinya setiap Rp 1 dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1608 pada operating income.

Tahun 2014 = 15,91%
Artinya setiap Rp 1 dari penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1591 pada operating income.

Operating profit margin PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,17%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan beban penjualan yaitu 10,40% yang besar daripada penjualannya yang hanya meningkat 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.



c.       Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net profit margin dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin  = Net Profit after Tax
                                                             Sales

Tahun 2013 = 12,31%
Artinya berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,31% dari volume penjualan.

Tahun 2014 = 12,21%
Artinya berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,21% dari volume penjualan.

Net profit margin PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan 0,1%. Penurunan pada tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan pajak penghasilan yaitu 6,73% dan juga kenaikan beban umum dan administrasi yaitu 17,88% yang tidak diimbangi dengan kenaikan penjualan yang hanya 8,54% saja jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
         
d.      Total Assets Turn Over
Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal. Asset turnover ratio merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada Return on Equity menurut dari analisis Dupont.

Total Assets Turn Over dapat dihitung dengan rumus:

Total Assets Turn Over  =      Sales      
                                             Total Assets

Tahun 2013 = 1,41 kali
Artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,41 kali dari total aktiva yang dimiliki.

Tahun 2014 = 1,40 kali
Artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,40 kali dari total aktiva yang dimiliki.

Total assets turn over PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,63%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan penjualan yang kurang baik yaitu hanya 8,54% dan juga kenaikan aset yang rendah juga yaitu 9,81% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.


e.       Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).

Return on Investment dihitung dengan rumus:

Return on Investment  = Earning after Tax
                                               Total Assets

Tahun 2013 = 17,41%
Artinya jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1741 dalam bentuk laba

Tahun 2014 = 17,07%
Artinya jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1707 dalam bentuk laba

Return on investment PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,34%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kurang baiknya kenaikan aset yang hanya 9,81% dan juga kenaikan pendapatan setelah pajak yang kurang baik juga yaitu hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.



f.       Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
Return on equity adalah  rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).  ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

Return on equity dapat dihitung dengan formula:

Return on Equity = Earning after tax
                                            Stokeholder Equity

Tahun 2013 = 23,18%
Artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2318.

Tahun 2014 = 21,61%
Artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2161.

Return on equity PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,57%. Penurunan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan yang semakin baik dari ekuitas perusahaan yaitu 15,50% namun peningkatan pendapatan setelah pajak hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.

No comments:

Post a Comment