Analisis Rasio
1.
Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan peruasahaan membayar
semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan
dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Jenis-jenis rasio likuiditas:
a.
Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga
kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Current
ratio dapat dihitung dengan formula:
Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
Current Liabilities
Tahun 2013
= 283,93%
CR = 2,8:1
berarti bahwa jumlah harta lancar 2,8 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1
hutang lancar dijamin dengan Rp 2,8 aset lancar.
Tahun 2014
= 340,36%
CR = 3,4:1
berarti bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1
hutang lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.
Current
ratio PT KALBE FARMA Tbk. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar
56,43%. Kenaikan 2014 dipengaruhi oleh
kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82%, penurunan hutang bank sebesar
56,85% dan terlihat penurunan pada total liabilitas jangka pendek sebesar 9,64%
jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
b.
Quick Acid Ratio
Quick acid
ratio adalah sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk ke dalam rasio
lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas, termasuk di dalamnya akun kas,
surat-surat berharga, piutang dagang,
beban dibayar di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima.
Persediaan
barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk dalam aktiva lancar, karena
persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit diubah menjadi kas.
Quick acid
ratio dapat dihitung dengan formula:
Quick Acid Ratio = Current Assets-Inventory
Current Liabilities
Current Liabilities
Tahun 2013 = 168,29%
QR =
1,7:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan
adalah 1,7 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan
Rp 1,7 Quick Assets.
Tahun
2014 = 210,83%
QR =
2,1:1 berarti bahwa jumlah Quick Assets atau Current Assets minimum persediaan
adalah 2,1 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1 hutang lancar di jamin dengan
Rp 2,1 Quick Assets.
Quick
acid ratio PT KALBE FARMA Tbk pada tahun
2014 mengalami kenaikan sekitar 42,54%. Kenaikan di tahun 2014 dipengaruhi oleh
sedikitnya kenaikan persediaan sebesar 1,21% dan besarnya kenaikan kas dan
setara kas sebesar 32,82% jika dilihat dari persentase year to year change
analysis.
2.
Rasio Solvabilitas
Solvabilitas
suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi.
Suatu
perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva
atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula
sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar
hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri
(2008:303) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
a.
Debt Ratio
Rasio ini
merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio
ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir
(2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara
kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Debt Ratio
= Total Liabilities
Total Assets
Total Assets
Tahun 2013 = 24,88%
DR = 0,25 berarti bahwa jumlah
hutang 0,25 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan bersumber 24,88% dari modal kreditur.
Tahun 2014 = 20,99%
DR = 0,21 berarti bahwa jumlah
hutang 0,21 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta perusahaan bersumber 20,99% dari modal kreditur.
Debt ratio PT KALBE FARMA Tbk pada
tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 3,89%. Penurunan di tahun 2014
dipengaruhi oleh penurunan total hutang sebesar 7,37% terlihat pada penurunan
hutang bank yang signifikan sebesar 56,85% jika dilihat dari persentase year to
year change analysis.
Apabila
debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka
hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar
berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman semakin tinggi. Sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka
hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko
financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
b.
Debt to Equity Ratio
Rasio
hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio
leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari
hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono,
2002:12).
Struktur
modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar
hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari
mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan
lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio
merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka
panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Rasio
hutang modal dihitung dengan formula:
Debt to Equity Ratio = Total Liabilities
Total Equity
Total Equity
Tahun 2013 = 33,12%
DER = 0,33 berarti bahwa jumlah hutang 0,33 kali dari jumlah seluruh
harta. Jadi harta perusahaan bersumber
33,12% dari modal sendiri.
Tahun 2014 = 26,56%
DER = 0,27 berarti bahwa jumlah hutang 0,27 kali dari jumlah seluruh
harta. Jadi harta perusahaan bersumber
26,56% dari modal sendiri.
Debt to Equity Ratio PT KALBE FARMA Tbk. pada tahun 2014 mengalami
penurunan sekitar 6,56%. Penurunan dipengaruhi oleh penurunan total liabilitas
sebesar 7,37% yang dikarenakan penurunan terbesar bersumber dari hutang pihak
ketiga yaitu turun 2,04% dan dari hutang bank turun 56,85% jika dilihat dari
persentase year to year change analysis.
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka
semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal
lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
3.
Rasio Aktivitas
Rasio
aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan
lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Jenis-jenis rasio aktivitas:
a.
Inventory Turn Over
Perputaran persediaan adalah cara untuk mengetahui berapa kali dalam
suatu periode tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya.
Perusahaan-perusahaan menggunakan perputaran persediaan untuk menilai kemampuan
mereka dalam menghadapi persaingan, merencanakan laba usaha, dan secara umum
mengetahui seberapa baiknya mereka menjalankan kegiatan perusahaan mereka.
Perputaran persediaan dapat diukur dengan rumus :
Inventory Turn Over = Cost of Goods Sold
Average Inventory
Average Inventory
Tahun 2013
= 3,02 kali
Jadi
perputaran persediaan dalam tahun 2013 yaitu 3,02 kali atau 3 kali.
Tahun 2014
= 3,23 kali
Jadi
perputaran persediaan dalam tahun 2014 yaitu 3,23 kali atau 3 kali.
Inventory
turn over PT KALBE FARMA Tbk. pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 0,21
kali. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok
penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu 8,54%
jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
b.
Average days inventory
Average
days inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan
barang dagangan berada di gudang perusahaan.
Rumusnya
sebagai berikut :
Average days inventory = Average
Inventory x 360
Cost of Goods Sold
Cost of Goods Sold
Tahun 2013 = 119 hari
Jadi rata-rata persediaan barang
dagangan berada di gudang perusahaan 119 hari.
Tahun 2014 = 111 hari
Jadi rata-rata persediaan barang
dagangan berada di gudang perusahaan 111 hari.
Average day inventory PT KALBE
FARMA Tbk. pada tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar 8 hari. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh
kenaikan beban pokok penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang
baik pula yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change
analysis.
4.
Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran
tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri,
2008:304).
Jenis-jenis rasio profitabilitas:
a.
Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan
sales. Semakin besar gross profit
margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini
menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin
semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).
Gross profit margin dihitung
dengan formula:
Gross Profit Margin = Net Sales - Cost of Goods Sold
Sales
Sales
Tahun 2013
= 47,99%
Artinya
bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4799.
Tahun 2014
= 48,80%
Artinya
bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,4880.
Gross
profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami pada tahun 2014 mengalami kenaikan
sekitar 0,81%. Kenaikan tahun 2014
dipengaruhi oleh kenaikan laba bruto juga sebesar 10,37% dan penjualan yang
tidak terpaut jauh kenaikannya yaitu 8,54% jika dilihat dari persentase year to
year change analysis.
b.
Operating Profit Margin
Operating
profit margin ialah perbandingan antara laba usaha dan juga penjualan.
Operating profit margin adalah rasio yang menggambarkan apa yang biasanya
disebut dengan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang
dilakukan. Syamsuddin, 2009.
Operating
Profit Margin dihitung dengan formula:
Operating Profit Margin = Operating Profit
Sales
Sales
Tahun 2013 = 16,08%
Artinya setiap Rp 1 dari
penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1608 pada operating income.
Tahun 2014 = 15,91%
Artinya setiap Rp 1 dari
penjualan, perusahaan menghasilkan Rp 0,1591 pada operating income.
Operating profit margin PT Kalbe
Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,17%. Penurunan tahun
2014 dipengaruhi oleh kenaikan beban penjualan yaitu 10,40% yang besar daripada
penjualannya yang hanya meningkat 8,54% jika dilihat dari persentase year to
year change analysis.
c.
Net Profit Margin
Rasio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik
operasi suatu perusahaan.
Net profit margin dihitung
dengan rumus:
Net Profit Margin
= Net Profit after Tax
Sales
Sales
Tahun 2013
= 12,31%
Artinya
berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,31% dari
volume penjualan.
Tahun 2014
= 12,21%
Artinya
berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 12,21% dari
volume penjualan.
Net profit
margin PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan 0,1%. Penurunan
pada tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan pajak penghasilan yaitu 6,73% dan
juga kenaikan beban umum dan administrasi yaitu 17,88% yang tidak diimbangi
dengan kenaikan penjualan yang hanya 8,54% saja jika dilihat dari persentase
year to year change analysis.
d.
Total Assets Turn Over
Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan
total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya
penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah
ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi
perusahaan.
Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam
memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat
melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan
rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset
yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah
menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan
optimal. Asset turnover ratio
merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada Return on Equity menurut dari
analisis Dupont.
Total
Assets Turn Over dapat dihitung dengan rumus:
Total Assets Turn Over =
Sales
Total Assets
Total Assets
Tahun 2013 = 1,41 kali
Artinya perusahaan mampu
menghasilkan penjualan sebesar 1,41 kali dari total aktiva yang dimiliki.
Tahun 2014 = 1,40 kali
Artinya perusahaan mampu
menghasilkan penjualan sebesar 1,40 kali dari total aktiva yang dimiliki.
Total assets turn over PT Kalbe
Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,63%. Penurunan tahun
2014 dipengaruhi oleh kenaikan penjualan yang kurang baik yaitu hanya 8,54% dan
juga kenaikan aset yang rendah juga yaitu 9,81% jika dilihat dari persentase
year to year change analysis.
e.
Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva. Return on
investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin
tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa
besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri,
2008:63).
Return on Investment dihitung
dengan rumus:
Return on Investment
= Earning after Tax
Total Assets
Total Assets
Tahun 2013
= 17,41%
Artinya
jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1741
dalam bentuk laba
Tahun 2014
= 17,07%
Artinya
jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1707
dalam bentuk laba
Return on
investment PT Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar
0,34%. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh kurang baiknya kenaikan aset yang
hanya 9,81% dan juga kenaikan pendapatan setelah pajak yang kurang baik juga
yaitu hanya 7,64% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
f.
Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Return on
equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)
atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri
atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Return on equity dapat dihitung dengan formula:
Return on Equity = Earning after tax
Stokeholder Equity
Stokeholder Equity
Tahun 2013 = 23,18%
Artinya kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan
menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2318.
Tahun 2014 = 21,61%
Artinya kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang dipergunakan akan menghasilkan laba
bersih setelah pajak Rp 0,2161.
Return on equity PT
Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,57%. Penurunan
tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan yang semakin baik dari ekuitas
perusahaan yaitu 15,50% namun peningkatan pendapatan setelah pajak hanya 7,64%
jika dilihat dari persentase year to year change analysis.