“Ibu, minta ember lagi sebelah ini juga bocor.
Begitulah perkataan yang terdengar dari Anisa dengan halus terhadap
ibunya ketika hujan datang pada tengah malam itu. Mereka harus
repot-repot meletakan ember dibawah atap rumahnya yang bocor. Setiap
harinya Anisa dan ibunya pergi ke pusat pembuangan sampah kota bekerja
sebagai pemungut sampah dengan gaji yang kecil. Gaji tersebut sekedar
untuk bertahan hidup dapat makan dan minum saja sudah cukup. Sejak tiga
bulan Anisa lulus Sekolah Dasar dia putus sekolah. Ayahnya sudah satu
tahun menjadi TKI di Arab Saudi dan belum bisa pulang. “Syukurlah nak,
upah kita hari ini cukup untuk belanja besok” begitulah ucapan penuh
syukur dari ibu Anisa.
Keesok harinya Anisa
ditugaskan oleh ibu untuk pergi kepasar. Dalam perjalanan Anisa melihat
sebuah tas mewah pada kursi dipinggir taman. Taman tersebut memang sepi
hal itu dikarenakan anak-anak muda yang biasa nongkrong disitu berada
disekolah pada jam-jam tersebut. Anisa membuka tas tersebut dan melihat
banyak uang serta dompet lengkap dengan identitas pemiliknya. Anisa
langsung memasukannya kedalam tas belanjanya dan melanjutkan
perjalanannya.
Ternyata Anisa tak
benar-benar kepasar dia berniat ke kantor polisi terdekat .Sesampainya
di kantor polisi Anisa langsung menemui salah satu polisi disana. “Ada
apa gerangan adik kesini” tanya polisi yang ada di depannya. “Ini pak
saya menemukan tas ini tergeletak di di kursi taman” jawab Anisa.
Baiklah akan bapak cari tahu siapa pemilik tas ini. Pak polisi itu
menghubungi pemilik tas dengan menelponnya dari nomor yang tertera di
kartu nama. “Hallo, selamat pagi bisakah saya bicara dengan ibu Rasti
Anggraini” bapak polisi mulai menelpon pemilik tas. “Ya saya sendiri.
Bapak siapa?” Tanya Nyonya Rasti Angraini pemilik salah satu perusahaan
yang tersohor di Jakarta. “Tas anda ditemukan seorang anak di kursi
taman” pak polisi menjelaskan. “Ya benar itu tas saya . mobil saya
tiba-tiba berhenti saat sopir saya memperbaikinya. Saya duduk kursi
taman dan meninggalkan tas saya disitu. Jangan biarkan anak tersebut
pergi dulu” pesan nyonya Rasti.
Anisa merasa takut, mengapa
dia dilarang pulang oleh polisi tersebut. Sesampainya Ibu Rasti di
kantor polisi “Terima kasih pak atas bantuannya, dimana anak yang
menemukan tas saya” kata ibu Rasti dengan senang. Polisi itu
mengantarkannya menemui Anisa. “Terima kasih nak atas kejujurannya, tas
ini sangat penting bagi ibu karena di dalamnya adalah gaji karyawan dan
kartu kredit ibu. Nama kamu siapa nak?” tanya ibu Rasti. “Nama aku Anisa
bu, maaf bu saya harus kepasar sekarang ibu pasti sedang menunggu.
Permisi bu” jawab Anisa dengan sopan. Ibu Rast puni mengantarkan Anisa
pergi ke pasar.
Di dalam mobil ibu Rasti dan
Anisa berbincang-bincang. “Anisa mengapa kamu tidak sekolah?” ibu Rasti
memulai pembicaraan. “Saya tidak sekolah lagi bu, ayah saya menjadi TKI
di Arab Saudi dan sampai sekarang belum pulang. Biaya yang ibu biaya
tidak cukup untuk membeli baju sekolah, dan buku-buku walaupun SPP SMP
tidak bayar” Anisa menjelaskan. Mendengar tutur kata Anisa ibu Rasti
merasa iba. Atas rasa terima kasihnya membiayai sekolah Anisa dan
membantu memperbaiki rumah Anisa. Sekarang musim hujan telah tiba. Anisa
dan ibunya tidak lagi merasakan atap yang bocor. Hujan kemarin adalah
hujan yang terakhir yang mereka temui di dalam rumahnya.
Anisa sekarang melanjutkan
sekolahnya dan punya harapan untuk menggapa cita-citanya untuk keliling
dunia menjadi seorang pramugari serta menemukan ayahnya.
No comments:
Post a Comment